Media merupakan alat yang bersifat menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan para pemirsanya. Fugsi utama dari media itu sendiri adalah : Informasi, Hiburan, Edukasi dan Persuasi. Namun dari fungsi - fungsi tersebut hiburan menjadi prioritas utama karna mendatangkan banyak keuntungan bagi pemiliknya.
Media memang merupakan bentuk dari organisasi dan industri, menjadikan beberapa media menyiarkan konten yang lebih mendatangkan rupiah ketimbang mendidik atau melakukan persuasi politik terhadap pemirsanya. Oplag dan rating menjadi tujuan utama media masa dalam meraup nilai commercial break yang tinggi tanpa harus mementingkan isi dari siaran. Secara ukuran ekonomi, oplag dan rating memang menjadi acuan kesuksesan sebuah media, namun bukan tolak ukur kualitas conten media.
Orientasi komersial dalam media terjadi ketika pemilik media mengukur kesuksesan medianya dengan Oplag dan Rating. Karya jurnalistik sudah tidak menarik untuk digunakan menaikan oplag dan rating, Edukasi pun sama. Maka hiburan adalah tambang emas bagi mereka untuk merauk banyak audiens.
dari berbagai media yang ada di Indonesia, terdapat beberapa grup media terbesar, yaitu :
1. MNC GROUP
Media Nusantara Citra Tbk atau yang lebih dikenal dengan nama MNC merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang media yang di dirikan oleh salah satu pengusaha sukses yaitu Hary Tanoesoedibjo pada tahun 1997. Perusahaan ini berpusat di Jakarta, tepatnya di Gedung MNC Tower Lantai 27, Jalan Kebon Sirih Raya No. 17-19, kebon sirih, Jakarta Pusat, Jakarta, Indonesia, didirikan pada tahun 1997.
2. SURYA CITRA MEDIA (SCM)
PT Surya Citra Media Tbk, pada awalnya didirikan pada 1990 sebagai Sindo Citra Media, kemudian pa tahun 1999 berubah menjadi Surya Citra Media. Eddy Kusnadi Sariaatmadja sebagai CEO PT.SCM memfokuskan pada bidang usaha meliputi jasa multimedia, hiburan dan komunikasi, terutama di bidang pertelevisian.
Perseroan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham “SCMA” ini menyelenggarakan bidang usaha pertelevisian tersebut melalui anak usahanya, PT Surya Citra Televisi (SCTV), di mana Perseroan menguasai 99,99 persen sahamnya. Kepemilikan SCTV ini dilakukan secara bertahap, dimana pada tahun 2004, SCTV telah dimiliki sepenuhnya oleh SCM sebanyak 100 persen saham
SCTV memulai siarannya secara komersial pada tahun 1990 yang mencakup wilayah kota Surabaya, dan mulai beroperasi secara Nasional pada tahun 1993. Langkah ini pun diikuti dengan memindahkan kantor pusat SCTV ke Jakarta.
Pada awal Mei 2013, PT Indosiar Karya Media Tbk bergabung ke dalam SCM. Hal inilah yang menjadikan SCM menguasai SCTV dan Indosiar.
Unit usaha yang dimiliki oleh SCM diantaranya adalah
- PT Surya Citra Televisi (SCTV)
- PT Indosiar Visual Mandiri (Indosiar)
- PT Screenplay Produksi (Screenplay Productions)
- PT Amanah Surga Produksi (Amanah Surga Productions)
3. MEDIA GROUP
Media Group adalah kelompok usaha media yang didirikan oleh Surya Paloh pada tanggal 9 Januari 1970. Kelompok usaha ini memiliki harian Media Indonesia,Lampung Post, dan stasiun televisi MetroTV.
Jenis Usaha yang dimiliki oleh Media Group
- PT Citra Media Nusa Purnama (Media Indonesia)
- PT Masa Kini Mandiri (Lampung Post)
- MetroTV
- MediaIndonesia.com
4. TRANS CORP
PT Trans Corporation (sebelumnya bernama PT Para Inti Investindo) adalah unit usaha CT Corp di bidang media, gaya hidup, dan hiburan. Pada awalnya, Trans Corp didirikan sebagai penghubung antara stasiun televisi Trans
TVdengan stasiun televisi yang baru saja diambil alih 55% kepemilikan sahamnya oleh CT Corp dari Kelompok Kompas Gramedia, Trans7 (dulunya TV7). Trans Corp dimiliki oleh CT Corp yang dimotori Chairul Tanjung.
Unit Usaha milik PT Trans Corporation di bidang media meliputi:
- PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)
- PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh (Trans7)
- PT Detik TV Indonesia (CNN Indonesia)
- PT Agranet Multicitra Siberkom (detikCom, Majalah Detik)
- PT Trans Sinema Pictures (Trans Sinema Pictures)
- PT Indonusa Telemedia (Transvision)
5. PT VISI MEDIA ASIA
PT Visi Media Asia Tbk atau disebut VIVA adalah kelompok usaha media milik Bakrie & Brothers yang didirikan sejak tahun 2004. Kelompok usaha ini memiliki stasiun televisi antv, tvOne, viva+ dan Sport One, serta portal berita online VIVA.co.id. Komisaris Utamanya adalah Rachmat Gobel, wakil komisaris utamanya adalah Erick Thohir dan Direktur Utamanya adalah Anindya Bakrie. Pada tahun 2011,VIVA Group mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
Unit Usaha :
PT Intermedia Capital Tbk
PT Cakrawala Andalas Televisi (antv)
PT Lativi Media Karya (tvOne)
PT VIVA Sport Indonesia (Sport One)
PT Bakrie Viva Sport (BV Sport)
PT Digital Media Asia (viva+)
PT Viva Media Baru
VIVA.co.id
VIVAnews
VIVAbola
VIVAlife
VIVAlog
VIVAforum
VIVAsocio
VIVAll
KONGLOMERASI DI INDONESIA
Fenomena global yang mungkin sedang menjalar ke Indonesia yang pelu di wasapaadahi adalah Fenomena Konglomerasi Media. Konglomerasi media terjadi makalala ada konvergensi kepemilikan silang yang terjadi antara satu industri dengan industri lainnya. Satu perusahaan bisa memiliki industri televisi, suratkabar, radio, film, musik rekaman, telekomunikasi sebagai satu kesatuan.
Konglomerasi Media adalah penggabungan-penggabungan perusahaan menjadi perusahaan yang lebih besar yang membawahi banyak media. Konglomerasi ini di lakukan dengan melakukan korporasi dengan perusahaan media lain yang di anggap mempunyai visi yang sama. Pembentukan konglomerasi ini dengan cara kepemilikan saham, joint venture atau merger, atau pendirian kartel komunikasi dalam sekala besar.
Konglomerasi media memiliki dua dampak:
1. Dampak Positif Konglomerasi Media
- Kemajuan pesat media di Indonesia
Media yang saat ini dijadikan “dewa” informasi oleh masyarakat memang menjadi hal yang dianggap sangat menguntungkan untuk dikelola. Meskipun membangun media tidaklah mudah seperti yang dibayangkan. Penglihatan jeli para pengusaha yang memanfaatkan kegandrungan masyarakat terhadap media membuat semakin banyak pengusaha mengelola sebuah media, bukan hanya satu tapi juga beberapa media sekaligus. Hal ini menjadikan media-media yang ada di Indonesia berkembang secara pesat. Bukan hanya dari segi jenis media tetapi juga bervariasinya jenis informasi yang menyebar di masyarakat.
2. Dampak Negatif Konglomerasi Media
- Media dijadikan alat propaganda oleh pemiliknya
Tidak dapat dipungkiri banyak orang saat ini mengincar kekuasaan di kursi-kursi pemerintahan dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat, begitu juga halnya para pemilik media. Mereka juga masuk dalam jajaran nama calon yang akan menjadi wakil-wakil rakyat. Uniknya, mereka menggunakan media yang mereka pimpin sebagai alat untuk mengkampanyekan dirinya. Semakin banyak media yang mereka punya, maka semakin banyak berita-berita yang menggambarkan tentang para pemilik media tersebut. Hal ini membuat media tidak lagi netral, namun berdasarkan masing-masing kepentingan pemiliknya.
pemilik media yang disebutkan di atas tadi merupakan orang-orang yang membangun kerajaan bisnisnya dengan berupaya dekat dengan kekuasaan dan beberapa di antara ada yang duduk sebagai orang penting di pemerintahan serta ada pula yang merupakan tokoh penting pada salah satu partai yang sekian lama berkuasa di egaray Ini yaitu Golkar. Tidak menutup kemungkinan mereka membangun Media untuk memuluskan kepentingannya dalam bidang politik dan penyebaran egaray tertentu, melaui media.
Hal itu dapat dilihat dari wajah media yang mereka bentuk, di mana saat ini banyak media yang mengawali kepentingan penguasa seperti yang baru baru ini terlihat bagaiman egaray ramai-ramai menyiarkan Rapimnas Partai Golkar padahal di sisi lain masih banyak agenda-agenda penting lainnya yang harus diketahui oleh Publik seperti Penyelesaian Kasus lumpur lapindo yang sampai saat ini masih jauh dari kata “beres”. Padahal salah satu hak yang harus didapat masyarakat dari media adalah mereka mendapatkan Diversity Informasi atau keanekaragaman informasi.
Tentu saja Konglomerasi media ini sangat tidak sehat dalam iklim berdemokrasi dan perpolitikan bangsa ini mengingat pengaruh media yang begitu kuat terhadap kognitif khalayak. Jika mengacu pada Jurgen habermas menyatakan media massa sesungguhnya adalah sebuah Public Sphere yang semestinya dijaga dari berbagai pengaruh dan kepentingan. Dalam arti, media selayaknya menjadi The Market Places Of Ideas, tempat penawaran berbagai gagasan sebagaimana setiap konsep pasar, yang mana hanya ide terbaik sajalah yang pantas dijual dan ditawarkan.
Salah satu bentuk konglomerasi media adalah terpusatnya kepemilikan media massa oleh para penguasa modal. Fenomena itu dinilai berimplikasi terhadap obyektivitas media dalam menyampaikan muatan-muatannya. Konglomerasi media menjadikan orientasi media cenderung egara egaray, bukan fungsi jurnalismenya. Akibatnya, media lebih mengutamakan tayangan informasi-informasi yang menarik saja ketimbang yang penting.
Para pihak yang mempunyai kuasa untuk menghegemoni media, yaitu egara, pengusaha, media sendiri, serta civil society. Menurutnya kemenangan kapitalisme menjadi konsekuensi logis ter-hegemoninya media oleh modal. Hegemoni modal seakan bertumpang tindih dengan kepentingan politik. Ini karena para pemilik media besar di Indonesia, selain mempunyai kekuatan modal, sekaligus menempati posisi strategis politik Nasional.
Selain kepentingan politik, bisnis juga menjadi prioritas utama para pemilik media di Indonesia. Dengan memiliki banyak media maka akan mendapatkan keuntungan yang besar secara ekonomis kebutuhan informasi masyarakat tidak lagi menjadi ideology para pemilik media massa di Indonesia. Malah iklan-iklan yang di tawarkan setiap hari malah mempengaruhi khalayak.